Rabu, 28 Mei 2014

Saat Hati Tak Bisa Terlisan, Cukuplah ALLAH sebagai Naungan


[PUISI] Aku Ingin Bersama-Mu

Aku Ingin Bersama-Mu (sebuah puisi)


Aku Ingin BersamaMu, Tuhan :’)

Tuhan…
Saat aku berada pada titik jenuh
Aku merasa tak ada harapan
Bagai raga kehilangan jiwa
Tak tentu arah harus kemana

Tuhan…
Beruntung aku masih punya Engkau
Kau yang selalu mengerti aku
Saat hati manusia lain telah mati
Kau tau maksudku
meski manusia lain menganggap bodoh
Kuserahkan hati ini pada-Mu Tuhan

Tuhan…
Aku rindu Engkau
Tak cukup hanya bertemu dalam sujud
Aku ingin Engkau berada dihadapanku
Mendengar jeritan hati yang mungkin
Sudah membusuk atau telah mengeras

Tuhan, Mengapa?
Disaat aku ingin bersama-Mu
Kau menolaknya
Kau tak izinkan aku bersama-Mu
Akalku mungkin terbatas untuk memahami ini

Tuhan …
aku sadar
Mengapa kau tak ingin bersamaku saat ini
Karna aku tahu
Kau menciptakan hari ini
Karena Kau tahu
Hari kemarin tak layak bagiku untuk menemui-Mu
Kau ciptakan hari ini
Hanya untuk memberikan aku kesempatan
Untuk menyiapkan bekal terbaik untuk-Mu

Tuhan…
Tak ada yg bisa merubah kehendak-Mu
Bahkan, meski benda yg tak terlihat ini
Mengalami kerusakaan yang semakin parah
Aku percaya
Semua ada waktunya

Creatiofme – Puisi
By: Meity Isanty
27/5/14

[PUISI] MAAF


MAAF (sebuah puisi)


Maaf...
Jika Lisanku tak jaga
Jika Hatiku tak peka
Jika Ragaku tak guna
Jika jiwaku tak rasa

Maaf...
Jika Kehadiranku hanya duka
Saat aku merusak suka cita
Mungkin beda dengan mereka
Hingga saatnya tiba
Raga ini kehilangan nyawa
Karena derita yang tak terbaca

Maaf...
Karena aku tak bisa terbuka
Hanya Tuhan tempatku bicara
Hingga saatnya tiba

Rasa Kasih Cinta ini takkan pernah terlupa

Indonesian Customs and Habits [Kebiasaan dan Adat]

Indonesian Customs and Habits

1.    Inappropriate Time | | Culture Clock Rubber
• Positive: There is nothing positive from these cultures
• Negative: Habits of Indonesian people who are not on time will only make the person in a hurry to do something. example: if a person is working at 08.00, then she had left home at 07.00, especially if the distance to distant workplaces and roads are jammed situation, it causes the person in a hurry and running to be able to get to work so as not to be late more old. It also creates resentment for someone who is on time. example: if there are two people who make an agreement to meet, and one of those is late, it will cause annoyance to others who have been waiting a long time.

2.    Corruption, Collusion, Nepotism
• Positive: nothing positive from these cultures
• Negative: culture of corruption is harming themselves and others. Taking the rights of others will make one's life becomes unsettled. But unfortunately in fact corruption has become a culture in Indonesia or to say corruption is talkative culture, because if there is someone that corruption in an institution, it will cause people around these institutions are interested in doing something similar. Moreover, if the sanction given to the perpetrators of corruption are still very light, it causes people to not be afraid to commit corruption.

3.    Liked shortcuts
• Positive: make it easier and faster for someone achieve something purpose, so as not to waste time that could be used for other things.
• Negative: instant cultural or shortcuts will only make a person lazy in doing something. This culture causes a person will perform a variety of ways to achieve their goals, no matter how good or bad it is. Example: seserorang want to cross the street, but not through the crossing stairs because they consider crossing through crossing the old staircase and tired. So that one would prefer to cross directly on the street, whereas the risk is someone could get hit by passing vehicles fast.

4.    Glad to throw the word "do not" | | example: "Do not Cheating" becomes "Cheating". "Do not throw litter" to "throw litter".
• Positive: nothing positive from these cultures
• Negative: This habit is not very good and not exemplary because it will only hurt others and even ourselves. This habit is tantamount to breaking the established rules.

5.    Know, But Not Want to know
• In fact, many Indonesian people who know about the bad effects of something done, but still do.
• Example: Though people know that smoking is the same as killing yourself, but still many people who smoke.

6.    Mutual Aid
• Positive: This culture may increase familiarity among humans, because it relates to cultural activities help each other in doing something.
• Negative: no negatives from this culture

7.    Shaking Hands
• Positive : Greetings-shake, a cultural practice that goes around us. Cultural greetings-shake often we see ranging from everyday life or in a formal event. Taught according RasulAllah, shake culture in Islam has several important benefits that we should know. Among the benefits or efficacy shake hands as follows: as an intermediary braid friendship, as a form of mutual mendo'akan, as a form of apology if we have errors, also as a sign of honor for the older ones.

8.    7 Months
• In Indonesia, this event was a custom of the tribe of Java. However, this time not only ethnic Javanese who carry it out. But already spread throughout Indonesia. It is a form of gratitude. 7 months of pregnancy congratulations performed as a form of gratitude for the people who have been given a descent by the Creator. When measured from the day of birth, the mother is only waiting for 2 months for delivery. And to get to 7 months, the mother usually been through a process that could be considered sweet and bitter. Imagine, already inhabiting the stomach of the baby's mother for 7 months. Of course it is something to be grateful.

9.    Tahlilan Tradition
• Positive: Tahlilan tradition held by most people. That the deceased person received his charitable hand of God and received forgiveness for his sin which he has done during the life of the world. Tahlilan also have some goals that are not only perceived benefits for families who carry out alone, but can also be felt by the invitation to attend. namely: Entertain the family of the late / deceased. Reducing the burden of the family of the late / deceased. Inviting deceased relatives / deceased to always be patient over the disaster it has faced. In addition to connect and tighten the relationship between the invitation to the family of the late / deceased. Also Apologizing for the mistake I have ever done by the late / deceased during his lifetime to the invitation. Also As a means of settlement of the rights and obligations of the late / deceased towards people who are still alive.
• Negative: The origin of this tradition actually comes from the Hindu-Buddhist culture modified by ideas on Songo guardian, spreaders of Islam in Java. Initially there is no tradition tahlilan, because old people still believe in the spirits and the supernatural. Seeing this fact, in addition to spread message of Islam, the trustees Songo also determined to change their habits very thick shades tahayyul will then be directed to the Islamic custom patterned and realistic. For that, they preach through artistic and cultural paths that is favored by people with little modify and remove elements at odds with Islam. so, this is not a negative culture tahlilan provided it is done based on Islamic Shari'a.


@realmeity

[ESSAY] ARTI BUKU BAGIKU DAN BANGSAKU TERCINTA

ARTI BUKU BAGIKU DAN BANGSAKU TERCINTA

Buku ?, Siapa yang tidak mengenal bahkan tidak pernah melihat sebuah buku? Semua orang pasti pernah melihat dan membaca buku, meskipun mereka hanya membaca sebagian kecil bagian dari sebuah buku. Mulai dari buku yang berisi gambar yang berwarna, hingga buku yang berisi deretan kata-kata yang tak terhingga. Manfaat membaca buku sangat luar biasa, selain dapat memperoleh ilmu yang belum diketahui, ternyata membaca buku juga mampu memperkuat sel-sel saraf otak dan akan menjadikan seseorang menjadi cerdas dalam berfikir.
Bicara soal buku, ada yang mengatakan buku itu Jendela Dunia? Mengapa harus Jendela Dunia? Mengapa tidak dikatakan buku itu sebagai “Kunci Masa Depan”, mungkin budaya turun-temurun yang telah menjadikan buku itu di cap menjadi Jendela Dunia. Ibarat jendela, ketika seseorang membukanya maka akan terlihat keseluruhan isi pemandangan yang ada diluar dan jika kita benar-benar memperhatikannya maka dia akan mendapat kepuasan, mungkin ini sama halnya seperti buku ketika seseorang membuka sebuah buku dan mempelajarinya, maka dia akan mendapatkan suatu manfaat dan pengetahuan baru.
Namun, bagi saya buku itu tidak hanya sebagai Jendela Dunia, saya lebih setuju jika buku di cap sebagai “Kunci Masa Depan”. Mengapa? Karena buku yang saya baca dan pelajari dengan sungguh-sungguh itu merupakan kunci yang mampu membuka Masa depan. Misalnya : Di masa yang akan datang, saya ingin menjadi seorang Guru Akuntansi yang Professional, maka dengan statement ini implikasinya adalah saya harus sering membaca buku yang berkaitan tentang Guru dan mempelajari materi Akuntansi secara mendalam, supaya saya mampu menghasilkan kunci yang bisa membuka gembok masa depan.
Buku itu ibarat “guru pasif”, karena buku mengajarkan seseorang melalui goresan tinta bermakna yang tertuang dalam sebuah buku. Buku tidak bisa marah, tidak bisa berbicara, namun buku mampu mengajarkan, mengarahkan, dan menjadi pedoman bagi kalian yang haus akan ilmu. Kalian tidak dituntut untuk menghormati buku, tapi buku menuntut kalian untuk memahami arti dari yang disampaikannya.
Dewasa ini, buku tidak hanya berbentuk sebuah lembaran kertas yang berisi deretan tulisan, akan tetapi buku sudah ada yang tersedia dalam bentuk elektronik atau yang biasa dikatakan e-book, hal ini adalah salah satu solusi bagi masyarakat yang ingin membaca buku tapi tidak ingin membawanya dengan alasan buku itu berat. Namun, bagi saya membaca buku secara fisik (dalam bentuk lembaran kertas) lebih efektif ketimbang membaca melalui HandPhone. Dari segi kesehatan pun dijelaskan bahwa menggunakan benda elektronik terlalu lama akan membuat mata menjadi kurang sehat.
Ironis memang saat melihat kenyataan bahwa masyarakat Indonesia kurang gemar membaca buku. Padahal buku sudah banyak tersedia di perpustakaan non online maupun perpustakaan online. Ternyata kunci dari sebuah Negara maju diluar sana adalah masyarakatnya haus akan ilmu, mereka selalu membaca buku, bukan hanya membaca tapi mereka juga menciptakan buku-buku luar biasa yang mampu menjadi pedoman bagi generasi penerus. 
Padahal buku adalah jalan emas untuk mencerdaskan bangsa, namun solusi menjadikan buku sebagai sarana untuk mencerdaskan bangsa belum terrealisasi sempurna. Mulailah dari sekarang dengan gemar membaca buku, tidak harus buku pelajaran yang penting buku yang mampu memberikan manfaat, dan tidak harus buku baru yang penting buku yang berguna.
Jika kita sudah mengenal buku maka kita akan memahami buku dan berlanjut pada mencintai buku.

-Buku itu adalah Surga Ilmu-

@realmeity

[ESSAY] Pendidikan Umum dan Pendidikan Berkarakter Islami

PENDIDIKAN BERKARAKTER ISLAMI

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh manusia. Tanpa adanya pendidikan kehidupan ini akan statis, manusia tidak mungkin dapat berkembang dan progresif. Pendidikanlah yang menghantarkan manusia memperoleh ilmu dan pengetahuan supaya bisa meraih cita-cita dan aspirasi mereka. Pendidikan bukan hanya melalui pendidikan formal ataupun informal. Pendidikan bersifat universal artinya pendidikan itu merupakan proses dimana ada seorang pendidik (guru, orang tua, atau orang lain) yang memberi arahan dan mengajarkan sesuatu hal kepada seorang peserta didik (anak sekolah, orang dewasa, dan masyarakat lainnya). Jadi, implikasinya jika kita memberitahu sesuatu hal kepada orang lain maka bisa dikatakan kita telah melaksanakan sebuah proses pendidikan non formal.

Pendidikan bisa dikatakan berhasil jika pendidikan itu mampu menyeimbangkan antara pemberian ilmu pengetahuan baru dan pembentukan karakter seorang peserta didik. Pemberian ilmu dan pengetahuan baru akan menghasilkan kecerdasan kognitif dan kemampuan berfikir yang intelektual bagi peserta didik, akan tetapi yang terpenting yaitu pendidikan harus mampu menghasilkan generasi bermoral, beradab, dan berbudi pekerti luhur. Karena tanpa pendidikan moral manusia itu ibarat pohon yang tidak memiliki akar. Kecerdasan hanya seperti sebuah batang pohon yang mungkin bisa tumbang karena tidak memiliki akhlak dan moral sebagai akarnya. Dari statement ini dicontohkan: Mengapa banyak orang pintar di Indonesia akan tetapi mereka melakukan tindakan yang sangat merugikan masyarakat dan Negara? Mengapa banyak yang korupsi, melakukan pelecehan, tindak kriminal, dsb., apakah pendidikan gagal membimbing mereka? Tidak! Pendidikan tidak salah, tapi proses saat melaksanakan pendidikan itulah yang harus dievaluasi. Pendidikan yang ada dewasa ini hanya menuntut manusia untuk menjadi masyarakat yang cerdas dan mampu bersaing, namun tidak menuntut manusia untuk menjadi manusia yang bermoral dan memiliki budaya malu.

Jika kita bercermin dari Negara maju disana sebut saja Negeri Tirai Bambu, pendidikan moral sangat ditekankan, sehingga masyarakatnya memiliki rasa malu jika ingin melakukan hal-hal yang dilarang. Bahkan, pemimpin disana rela untuk mengundurkan diri secara terhormat karena telah melakukan tindakan yang merugikan. Kembali kepada konteks awal, semua itu berawal karena mereka menjadikan sebuah pelajaran yang diperolehnya itu menjadi kebiasaan. Bukan pelajaran kemudian lantas dilupakan.

 Untuk menjawab masalah ini, ada solusi yang memang sudah ada sejak lama. Bahkan solusi ini telah tertuliskan di dalam kitab suci turunan Nabi Muhammad, yakni Al-Quran. Apa saja sebenarnya yang kurang dari pendidikan umum kita? Pendidikan umum di Indonesia kurang mengajarkan aspek keislaman. Al-quran telah menyinggung beberapa hal mengenai budaya malu, budaya baca, kebiasaan mandiri, pantang menyerah, kerja keras, menjaga tradisi, tidak serakah, dan kekeluargaan. Aspek-aspek ini lah yang kurang di tekankan dalam pendidikan umum di Indonesia. Pendidikan umum hanya mengenalkan aspek tersebut saja kepada para peserta didiknya, namun tidak mengharuskan dan membiasakannya.

Islam itu rahmatan lil alamin yang artinya rahmat bagi seluruh alam. Ajaran dalam al-Quran boleh diterapkan oleh siapapun, maka tak heran jika banyak Negara lain yang sudah jauh lebih maju dari Indonesia karena mereka telah menerapkan aspek-aspek tersebut.

Melihat keadaan ini, banyak para tokoh islam yang merasa ironis dan iba, maka dewasa ini banyak orang-orang yang berhati mulia mulai kembali mendirikan dan mengembangkan pendidikan berkarakter islam, yakni melalui pesantren dan madrasah yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar Pendidikan berkarakter islami ini mampu menghasilkan generasi bermoral yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik. Pendidikan berkarakter Islam memang sudah lama ada di Indonesia, namun keberadaannya masih kurang diminati masyarakat Indonesia. Bisa dikatakan masih kurang poluler.

Dalam pendidikan berkarakter islam, peserta didiknya diajarkan untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, memiliki budi pekerti yang luhur, serta bermoral dan beradab. Tujuan dari pendidikan berkarakter islam itu supaya peserta didiknya bisa memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Kegiatan dalam pendidikan islam lebih condong kearah ketuhanan, namun sama sekali tidak mengesampingkan pengajaran ilmu pengetahuan.

Pendidikan islam menjadikan Allah sebagai tujuan utamanya karena dalam pendidikan islam peserta didiknya diharuskan untuk sering tilawah, tazkiyyah, talimul kitab agar mampu mengusir kejahiliyahan. Alhasil hati dan jiwa kita akan menjadi tenang, fikiran akan jernih, bersih dan cerdas. Pendidikan islam juga mempraktekan pengajarannya menjadi kebiasaan, artinya generasi hasil pendidikan berkarakter islam biasa mempraktekkannya melalui sikap yang akhlaqul karimah dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini harus ada yang menjadi suri tauladan, yaitu Rasulullah SAW. Selain itu, Pendidikan islam mengajarkan konsep prioritas dalam berbuat yaitu : wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Penilaian moralitas tidak terlepas dari konsep ini. Seorang pendidik harus mampu mengetahui kedudukan dari tiap-tiap konsep dalam berbuat ini. 

Jika semua ini terlaksana dengan baik maka Pendidikan islam mampu menjadikan peserta didiknya menjadi manusia yang memiliki kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.


 @realmeity

Sabtu, 17 Mei 2014

CREATIOFME-QUOTES (Gambar Kata-Kata Penyemangat)




POSTER PERGERAKAN MAHASISWA (SUSKES DUNIA-AKHIRAT)

POSTER PERGERAKAN MAHASISWA


Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.

BELAGA EKSIS (Belajar Ekonomi Islam Melalui Gambar) EKONOMI ISLAM SEPERTI OBAT GENERIK

Fenomena ‘Obat Generik’ dalam Perkembangan Ekonomi Syariah


Semakin banyak orang tertarik pada sistem ekonomi syariah bukan karena alasan agama tetapi karena sistem ini menawarkan “kesepakatan terbaik” dengan sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem ekonomi konvensional.Sebagai sebuah sistem yang rahmatan lil’alamin, sistem ekonomi Islam memang tidak diperuntukkan bagi umat Islam saja, tapi bagi seluruh umat manusia. Karena itulah, sistem ekonomi Islam mudah diadopsi dan diterima oleh semua kalangan masyarakat di seluruh penjuru dunia.
Semakin banyak masyarakat dan negara-negara maju yang merasakan manfaat dan kelebihan sistem ekonomi syariah. Seperti, tahan terhadap krisis karena mengharamkan segala hal yang sifatnya spekulatif dan merusak tatanan ekonomi dan sosial masyarakat seperti judi dan prostitusi, menggunakan sistem bagi hasil yang lebih menjamin keadilan dan bisa memberi keuntungan yang lebih kompetitif. Sejumlah kelebihan ini menjadi daya tarik tersendiri terutama bagi kalangan non muslim di negara maju yang notabene sangat rasional, kritis dan ilmiah serta mengharapkan keuntungan dan manfaat maksimal dalam setiap pilihannya.
Ketika kapitalisme terbukti sangat rapuh untuk menopang perekonomian mereka, dan justru menciptakan kesenjangan yang semakin menganga lebar antara yang kaya dan miskin, pelanggaran dan kejahatan perbankan (fraud) yang kian merajalela hingga besarnya kredit macet nasabah yang memicu ambruknya perekonomian nasional, membuat masyarakat dan negara maju mulai berpaling dari nilai-nilai kapitalisme yang selama ini menjadi kitab dan kiblat utama mereka. Tak masalah ketika akhirnya mereka menemukan harapan baru yang jauh lebih menjanjikan justru dari sebuah sistem ekonomi yang berlandaskan nilai-nilai sebuah agama yang selama ini sering dicap sebagai agama teroris, yakni Islam. Dalam konteks ini, pemikiran sederhana inilah yang barangkali ada dalam benak mereka : tak masalah apapun namanya, dari manapun sumbernya, asal sistem itu bisa memberi imunitas (kekebalan) lebih baik bagi ketahanan ekonomi negara, lebih kondusif bagi terciptanya keadilan serta kesejahteraan semua warga negara, kami akan menggunakannya; karena yang kami butuhkan adalah manfaatnya, bukan labelnya.
Dalam konteks Indonesia, persoalan ekonomi syariah nampaknya juga memiliki banyak kesamaan dengan analogi obat generik di atas. Isu halal haram tidak lagi menjadi isu sentral untuk mempengaruhi pilihan masyarakat muslim terhadap ekonomi dan bank syariah. Apalagi bagi masyarakat non muslim. Bagi mereka, isu halal haram sama sekali tidak penting dan tidak ada sangkut pautnya dengan mereka. Masyarakat semakin kritis, tren dan kebutuhan masyarakat juga semakin kompleks, sehingga tak cukup hanya mengandalkan isu halal haram tanpa memperhatikan aspek daya saing bank dan sistem ekonomi syariah secara keseluruhan terhadap bank dan sistem ekonomi konvensional.

Mengadopsi Filosofi Obat Generik sebagai Strategi Pemasaran Ekonomi Syariah
Perkembangan ekonomi syariah di Tanah Air khususnya bank syariah sebagai salah satu komponen utama memang sangat menggembirakan sejak kehadirannya lebih dari dua dekade lalu. Meski demikian, kita terbilang masih tertinggal dengan sejumlah negara dan kota lain.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, kita tak mampu menempatkan Jakarta sebagai salah satu pusat ekonomi syariah dunia. Kita justru tertinggal oleh Inggris yang berhasil mengantarkan London sebagai tiga besar pusat ekonomi syariah dunia bersama Dubai dan Kuala Lumpur. Kitapun kalah jauh dengan Malaysia yang meski usianya hanya lebih tua satu dekade dalam hal kelahiran bank syariah, namun kemajuan ekonomi dan bank syariah di negeri Jiran tersebut jauh melampaui kita. Kita harus berlari untuk mengejar ketertinggalan ini melalui sejumlah terobosan dan strategi yang jitu. Salah satunya dengan mengadopsi filosofi obat generik dalam strategi pemasaran, sosialisasi dan edukasi mengenai sistem ekonomi dan bank syariah di Tanah Air. Filosofi obat generik juga sangat relevan dikaitkan dengan momentum Gerakan Ekonomi Syariah (Gres) yang baru saja digalakkan oleh pemerintah belum lama ini.
Dalam tataran inplementasi, sejumlah karakter obat generik yang perlu diadopsi oleh sistem ekonomi syariah khususnya bank syariah adalah karakteristik utamanya yang murah, mudah didapat namun khasiatnya tidak kalah dengan obat paten. Artinya, untuk memasarkan, menyosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai ekonomi syariah dan produk-produknya, tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan religius normatif (emosional) dan label syariah saja. Masyarakat membutuhkan materi yang berwawasan ilmiah, rasional dan obyektif yang tentu saja harus disertai dengan keunggulan, profesionalitas layanan, kelengkapan fasilitas, serta kemudahan dan kemurahan untuk menjangkaunya.
Isu halal haram dan label syariah di masyarakat yang mayoritas penduduknya muslim seperti Indonesia mungkin masih dianggap penting tapi ini tak lagi menjadi faktor yang paling dominan bahkan oleh kalangan masyarakat muslim sendiri. Seperti terlihat dari hasil pemetaan konsumen jangka pendek yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2008 lalu yang menyatakan bahwa sekitar 33,8 persen nasabah ternyata memilih bank konvensional, 24,3 persen memilih sesuai dengan kebutuhan atau keunggulan bank, sebanyak 16,4 persen ikut arus dan hanya sekitar 9,2 persen nasabah yang memilih bank syariah karena tuntutan lingkungan (agama). 

Berdasarkan data di atas, sebagian besar masyarakat masih memilih bank konvensional karena sistemnya mudah dipahami, fasilitasnya lengkap dan jaringannya sangat luas (Yang Konvensional Masih Pilihan, Jawa Pos, 13 November 2008). Dalam hal ini, bank konvensional seperti obat generik saja. Sebaliknya, bank syariah justru seperti obat paten. Bermerek, tapi mahal, rumit dan susah dijangkau. Inilah tantangan besar sistem ekonomi dan bank syariah saat ini, yakni mampu hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai sistem yang mudah dan murah untuk dijangkau tanpa diragukan lagi khasiat dan manfaatnya.

Filosofi obat generik juga penting digunakan oleh masyarakat khususnya kalangan muslim yang menginginkan sistem ekonomi dan perbankan yang murni syariah atau setidaknya mendekati sistem syariah sebenarnya. Sebagaimana kita ketahui, sistem ekonomi syariah saat ini sedang booming terutama di negara dengan mayoritas muslim seperti Indonesia. Kita adalah pasar yang sangat potensial. Tak mengherankan jika kemudian banyak lembaga keuangan dan perusahaan asing yang turut meramaikan bisnis ekonomi syariah di Tanah Air.

Sebagai muslim kita harus cerdas dan proaktif mengedukasi diri agar tidak terjebak pada musang berbulu domba. Bukan tidak mungkin, demi memperoleh keuntungan maksimal, lembaga keuangan dan perusahaan asing tersebut hanya menggunakan syariah sebagai label saja. Namun dalam kenyataannya, sistem yang mereka gunakan tak beda jauh bahkan mungkin sama persis dengan sistem konvensional. Sikap kritis dan selektif kita adalah salah satu kontribusi nyata untuk mengawal kebangkitan sistem ekonomi Islam. Bukankah yang terpenting adalah sistem dan manfaatnya, bukan semata nama atau labelnya?
-http://ririnhandayani.blogspot.com/

BELAGA EKSIS (Belajar Ekonomi Islam Melalui Gambar) EKONOMI ISLAM RAHMATAN LIL'ALAMIN

SISTEM EKONOMI ISLAM/SYARIAH SEBAGAI RAHMATAN LIL'ALAMIN



“Utsman ibn Abul ‘Ash berkata kepada Umar Radhiallaahu anhu, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya di daerah kami terdapat lahan tanah yang tidak dimiliki seseorang, maka putuskanlah dia kepadaku untuk aku kelolanya, sehingga dia mendatangkan manfaat bagi keluargaku dan juga bagi kaum muslimin.” Maka Umar menetapkan lahan tersebut untuknya.

Ekonomi Islam (syariah) semakin tumbuh dengan sangat signifikan. Ditandai dengan bermunculannya lembaga-lembaga keuangan syariah baik bank syariah, asuransi syariah, hingga pegadaian syariah. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Islam selain memberikan ketenangan karena dijalankan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, juga memberikan keuntungan yang cukup menggiurkan.

Ekonomi Islam juga disebut sebagai ekonomi yang rahmatan lil ‘alamin, karena sesuai dengan sumbernya yaitu Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Seyogyanya, dengan kehadiran ekonomi Islam ini dapat memberikan jawaban yang nyata terhadap berbagai krisis ekonomi yang mendera.

Berkenaan dengan ekonomi syariah sebagai rahmatan lil ‘alamin, kita bisa merujuk terhadap dialog antara ‘Utsman ibn Abul ‘Ash dengan Amirul Mukminin Sayyidina Umar ibn Khattab di atas. Dalam dialog tersebut ‘Utsman ibn Abul ‘Ash meminta kepada Amirul Mukminin Umar ibn Khattab tanah yang tidak dimiliki seseorang dan tidak dikelola untuk dia kelola. Sehingga dengan dia kelola, maka tanah tersebut dapat hidup dan bermanfaat. Bermanfaat di sini diutarakan oleh ‘Utsman ibn Abul ‘Ash adalah bermanfaat bagi keluarganya dan juga bagi kaum Muslimin.

Dalam benak pikiran “Utsman Ibn Abul Ash adalah keluarga dan umat muslim yang harus menikmati keberhasilan dari pemanfaatan lahan yang diolah olehnya. Pemanfaatan yang dimaksud mungkin ketersediaan lapangan kerja, berzakat dan bersedekah kepada fakir-miskin, serta memberikan bantuan-bantuan lain yang sekiranya diperlukan.

Begitupula dalam perkembangan ekonomi Islam di Indonesia. Sudah selayaknyalah kepada pengembangan ekonomi umat Islam menjadi prioritas yang merupakan mayoritas di Indonesia. Dengan meningkatnya perekonomian umat Islam di Indonesia, berarti ekonomi Islam menjadi rahmatan lil ‘alamin sebenarnya sudah terealisasi, merujuk terhadap dialog antara ‘Utsman Ibn Abul ‘Ash dengan Amirul Mukminin Sayyidina Umar ibn Khattab.

Dengan demikian kita berharap, bahwa kehadiran ekonomi Islam (syariah) di Indonesia mampu meningkatkan perekonomian umat Islam itu sendiri, sesuai dengan jargon ekonomi Syariah sebagai rahmatan lil ‘alamin. Wallaahu a’lam. 


mitra-harmoni-syariah

BELAGA EKSIS (Belajar Ekonomi Islam Melalui Gambar) TENTANG RIBA

RIBA JALAN MENUJU NERAKA


Allah berfirman dalam surat al-Baqoroh 275 yang artinya :
Orang-orang yang makan riba tidak akan dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang kemasukan syetan lantaran gila. Keadaan mereka seperti itu disebabkan mereka berkata ( berpendapat ) sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang mengetahui larangan riba dari tuhannya, lalu berhenti mengambil riba maka baginya (ampunan) terserah kepada Allah. Bagi orang-orang yang mengulangi mengambil riba maka orang itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Tolong-menolong ( ta’awwun ), hutang-piutang, pinjam-meminjam telah diatur dengan rapi dalam Islam. Tak ada yang rugi, semua mendapat keuntungan. Bersih dari harta riba, semua jadi halal, manfaat dan maslahah bagi kedua belah pihak. Tetapi sayang tidak banyak yang tahu dan tidak disukai pemilik harta. Mereka tidak tahu dan enggan mengeluarkan bahwa diantara harta yang dimiliki itu ada harta milik orang miskin, anak yatim. Orang kaya takut harta berkurang dan sangat takut kalau jatuh miskin. Sebagian mengira dengan berzakat, berinfaq, bersedekah akan menjadi berkurang hartanya, padahal Allah akan mengganti harta yang dikeluarkan itu dengan pengganti yang lebih baik dan lebih besar barokahnya.
Hutang-piutang, itu mubah, wajar dan haq selama tidak ada tambahan jumlah selain atas dasar kerelaan penghutang sendiri. Pemberi hutang tidak salah meminta tambahan selama tidak ditentukan besarnya, dan rela menerima berapapun besarnya, serta ikhlas seandai tidak ada tambahan. Disini beban amanat dan tanggung jawab amat sangat berat bagi penghutang. Dia wajib mengembalikan dalam jangka waktu secepatnya sesuai dengan kesepakatan. Jangan ingkari janji, jangan sampai kedahuluan mati. Karena hutang tetap akan ditagih sampai akherat. Dan bagi pemberi hutang tidak ada kewajiban menagih kecuali mengingatkan tanggung jawab mengembalikan hutang. Dalam suatu kasus sangat beruntung bila disadari bahwa semakin lama memberi hutangan semakin banyak mendapat pahala.
Pinjam-meminjam itu berbeda dengan hutang-piutang. Barang yang dipinjam tidak boleh berubah atau berganti. Pinjam sepeda kembali sepeda itu juga, tidak berkurang dan tidak berlebih. Pinjam baju harus baju itu yang dikembalikan tidak boleh ditukar atau dirusak. Di sini tidak ada unsur riba. Yang ada tolong-menolong
Melihat kenyataan di sekitar kita, telah berdiri dengan megah gedung Bank, BPR, KSP sebagai perusahan yang produk terbesarnya berupa RIBA. Karyawan dan pemiliknya merasa bangga memiliki perusahaan dan makan harta riba. Perusahaan itu tak pelak menjadi pencetak generasi penghuni neraka dan peniup bara api neraka.
Jalan menuju surga masih luas. System yahudi dihapus, dibuang dari peredaran, diganti dengan system syari’ah Islam. System yang bersih dari riba. Semua jadi halal.
Apakah anak bangsa ini dapat dipercaya kejujurannya untuk melaksanakan transaksi hutang-piutang secara Islami ?. apakah siap selalu pegang teguh amanat serta janjinya ?. Apakah tidak ada niatan syetan untuk berkhianat ?
Mari kita mulai, kita rintis, kita dukung dan kita kembangkan system Bank Syari’ah agar kita mendapat rizki yang halalan thoyyiban mubarokan fihi dan mendapat kebahagiaan hidup dunia akherat. Terbebas dari sengatan api neraka. -kompas.com









Perspektif Psikososial Eric Ericson + MIND MAPPING



TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON

“Man the un-known” (manusia adalah makhluk yang misteri) demikian di ungkapkan oleh Alexis Carel ketika menggambarkan ketidaktuntasan pencarian hakikat manusia oleh para ahli. Banyak ikhtiar akademis yang dilakukan oleh para ahli saat ingin memapar siapa sesungguhnya dirinya. Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi, sosiologi, antropologi juga psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu yang membahas tentang manusia dengan perspektif masing-masing.
Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar itu. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti Freud yang hanya sampai pada masa remaja. Termasuk disini adalah bahwa Erikson memasukkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan tahapan manusia, tidak hanya sekedar faktor libidinal sexual.

A. Tentang Erik Erikson (1902-1994)
Erik Erikson lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902 adalah ahli analisa jiwa dari Amerika, yang membuat kontribusi-kontribusi utama dalam pekerjaannya di bidang psikologi pada pengembangan anak dan pada krisis identitas. Ayahnya (Danish) telah meninggal dunia sebelum ia lahir. Hingga akhirnya saat remaja, ibunya (yang seorang Yahudi) menikah lagi dengan psikiater yang bernama Dr. Theodor Homberger.
Erikson kecil bukanlah siswa pandai, karena ia adalah seorang yang tidak menyenangii atmosfer sekolah yang formal. Ia oleh orang tua dan teman-temannya dikenal sebagai seorang pengembara hingga ia pun tidak sempat menyelesaikan program diploma. Tetapi perjalanan Erikson ke beberapa negara dan perjumpaannya dengan beberapa penggiat ilmu menjadikannya seorang ilmuwan sekaligus seniman yang diperhitungkan. Pertama ia berjumpa dengan ahli analisa jiwa dari Austria yaitu Anna Freud. Dengan dorongannya, ia mulai mempelajari ilmu tersebut di Vienna Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan diri dalam psikoanalisa anak. Terakhir pada tahun 1960 ia dianugerahi gelar profesor dari Universitas Harvard.

Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan panjangnya di Eropa Pada tahun 1933 ia kemudian berpindah ke USA dan kemudian ditawari untuk mengajar di Harvad Medical School. Selain itu ia memiliki pratek mandiri tentang psiko analisis anak. Terakhir, ia menjadi pengajar pada Universitas California di Berkeley, Yale, San Francisco Psychoanalytic Institute, Austen Riggs Center, dan Center for Advanced Studies of Behavioral Sciences.
Selama periode ini Erikson menjadi tertarik akan pengaruh masyarakat dan kultur terhadap perkembangan anak. Ia belajar dari kelompok anak-anak Amerika asli untuk membantu merumuskan teori-teorinya. Berdasarkan studinya ini, membuka peluang baginya untuk menghubungkan pertumbuhan kepribadian yang berkenaan dengan orangtua dan nilai kemasyarakatan.

Keinginannya untuk meneliti perkembangan hidup manusia berdasarkan pada pengalamannya ketika di sekolah. Saat itu anak-anak lain menyebutnya Nordic karena ia tinggi, pirang, dan bermata biru. Di sekolah grammar ia ditolak karena berlatar belakang Yahudi.
Buku pertamanya adalah Childhood dan Society (1950), yang menjadi salah satu buku klasik di dalam bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya dengan anak-anak muda, Erikson mengembangkan konsep krisis perasaan dan identitas sebagai suatu konflik yang tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Buku-buku karyanya antara lain yaitu: Young Man Luther (1958), Insight and Responsibility (1964), Identity (1968),Gandhi's Truth (1969): yang menang pada Pulitzer Prize and a National Book Award dan Vital Involvement in Old Age (1986).

B. Tahap Perkembangan Hidup Manusia
Apakah perkembangan psikososial itu?
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego.Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.

Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan tampil dengan perasaan tidak selaras.

Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan.

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.
Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.

Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
· Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
· Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
· Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.
· Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
· Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
· Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
· Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
· Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
· Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
· Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
· Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru.
· Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
· Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri,perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
· Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
· Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
· Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
· Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
· Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
· Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
· Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
· Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
· Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
· Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
· Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.
· Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
· Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.
· Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
· Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).
· Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
· Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
· Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
· Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)
· Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
· Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
· Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
· Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
· Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

C. Perbandingan Sigmudn Freud
Erikson adalah pengembang teori Freud dan mendasarkan kunstruk teori psikososialnya dari psiko-analisas Freud. Kalau Freud memapar teori perkembangan manusia hanya sampai masa remaja, maka para penganut teori psiko-analisa (freudian) akan menemukan kelengkapan penjelasan dari Erikson, walaupun demikian ada perbedaan antara psikosexual Freud dengan psikososial Erikson. Beberapa aspek perbedan tersebut dapat dilihat di bawah ini:

Freud
Erikson
Perenan/fungsi id dan ketidaksadaran sangat penting
Peran/fungsi ego lebih ditonjolkan, yang berhubungan dengan tingkah laku yang nyata.
Hubungan segitiga antara anak, ibu dan ayah menjadi landasan yang terpenting dalam perkembangan kepribadian.
Hubungan-hubungan yang penting lebih luas, karena mengikutsertakan pribadi-pribadi lain yang ada dalam lingkungan hidup yang langsung pada anak. Hubungan antara anak dan orang tua melalui pola pengaturan bersama (mutual regulation).
Orientasi patologik, mistik karena berhubungan dengan berbagai hambatan pada struktur kepribadian dalam perkembangan kepribadian.
Orientasinya optimistik, kerena kondisi-kondisi dari pengaruh lingkungan sosial yang ikut mempengaruhi perkembang kepribadian anak bisa diatur.
Timbulnya berbagai hambatan dalam kehidupan psikisnya karena konflik internal, antara id dan super ego.
Konflik timbul antara ego dengan lingkungan sosial yang disebut: konflik sosial.

Daftar Pustaka
Jhon W. Santrock, Life-Span Development, University of Texas at Dallas, 1995
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Gunung Mulia, Jakarta, 1990
Sarlito W Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 2002